Jurnal ilmiah merupakan
salah satu jenis jurnal akademik di mana penulis mempublikasikan artikel
ilmiah. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, suatu
artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan direvisi oleh penulis,
hal ini dikenal sebagai peer review (penelaahan sejawat).
Terdapat berbagai jurnal ilmiah yang mencakup semua bidang
ilmu, juga ilmu sosial dan humaniora. Penerbitan dalam bentuk artikel ilmiah
biasanya lebih penting untuk bidang ilmu pengetahuan alam maupun kedokteran
dibandingkan dengan bidang akademik lain.
Di bawah ini adalah contoh jurnal ilmiah : Bidang IPA:
1. Astrophysical Journal – astronomi
2. Nature – IPA secara umum
3. Oikos – ekologi
4. Organic Letters – kimia organik
5. Science – IPA secara umum
Indonesia juga banyak memiliki jurnal ilmiah, di bidang
Kedokteran dan Kesehatan di antaranya : Medical Journal of Indonesia (MJI)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) Majalah Kedokteran
Indonesia Jurnal Kesehatan Andalas
Pengadaan Pendidikan Karakter di
Sekolah
Abstrak
Pada saat ini berkembangnya suatu zaman membuat perubahan
yang cukup drastis yang mempengaruhi karakter bangsa Indonesia. Tidak heran
jika anak bangsa sekarang berbeda dengan dahulu untuk masalah karakter pada
kepribadian. Maka dari itu dalam pendidikan di Indonesia perlu di adakannya
pendidikan karakter guna membentuk karakter bangsa yang berakhlak mulia. Selain
masa pembentukan karakter pada tahap awal yaitu pembentukan karakter dalam
lingkup keluarga, dalam lingkungan sekolah pun mempunyai arti penting untuk
mengembangkan karakter bahkan dapat mengubah karakter anak didik yang dinilai
tidak baik lalu menjadikannya karakter yang dinilai baik. Artikel ini
mengungkapkan penganalisisan saya pada pendidikan karakter, akhlak, moral/etika
yang merupakan salah satu nilai-nilai yang ada di dalam pendidikan karakter,
pengaruh pendidikan karakter, dan faktor-faktor dari lemahnya pendidikan
karakter.
Kata kunci: karakter, pendidikan karakter, akhlak,
moral/etika.
1.Pendahuluan
Objek yang saya ambil ini mengenai sosial yang menjadi dasar
manusia dalam mengidentifikasi kepribadian pada masing-masing orang tersebut.
Hal ini juga mengangkat suatu kependidikan karakter yang di dalamnya terdapat
moral/etika dan akhlak yang pada saat ini telah pudar akibat berbagai macam
masalah sosial. Berikut kajian saya mengenai pendidikan karakter yang di
terapkan pada lingkungan sekolah antara lain: (1) Pengertian dari pendidikan
karakter serta apa saja yang ada dalam pendidikan karakter; (2) Apa pengaruh
dari pendidikan karakter; dan (3) Lemahnya karakter menjadikannya orang yang
tidak memahami akan “moral maupun akhlak.”
Pertama,
penerapan “5s (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun)” di sekolah SMA Negeri 1
Slawi yang terletak tepatnya di kabupaten Tegal merupakan cerminan dari
penerapan pendidikan karakter di sekolah (lihat website sman1slawi). Tidak
hanya guru BK (Bimbingan Konseling) saja yang spesifikasinya mengajarkan
bimbingan karakter namun juga guru lain harus saling mengajarkan hal tersebut.
Tidak menjadi hal yang tidak biasa seorang siswa saat ini banyak yang
mengabaikan 5s tersebut, setidaknya hanya senyum pun pada saat berpapasan
dengan guru terkadang siswa tidak
menjalankannya terkecuali interaksi pada saat tatap muka di kelas atau pada
saat belajar bersama dengan guru di kelas selepas itu tidak terjadi interaksi.
Setidaknya penerapan 5s tersebut dapat menciptakan interaksi yang harmonis
antara siswa dan guru minimal agar saling mengenal wajah dan nama apabila
mempunyai daya ingat yang cukup bagus.
Kedua, ialah
kurangnya rasa hormat terhadap guru yang sedang mengajar. Ketika guru sedang
mengajar dan menghadap papan tulis sering kali ada siswa yang makan di kelas
ataupun banyak yang membuka laptop namun bukan membuka sumber belajar tetapi
membuka sosial media seperti “facebook”. Ironisnya guru tidak mengetahui dan
tetap mengajar dengan suara yang lantang serta semangat yang tinggi justru
tidak tahu bahwa muridnya melecehkannya. Apakah ini karakter anak bangsa
sekarang yang berbeda jauh dengan siswa dahulu? Menghargai serta menghormati
merupakan hal-hal yang ada dalam pendidikan karakter. Siswa-siswa tersebut
perlu dibina khusus melalui pendekatan-pendekatan yang dirinya memahami jika
menjadi seorang guru namun di sepelekan dengan cara begitu.
Ketiga, sekarang ini sedang gencarnya kasus kecelakan tragis
yang menimpa “Doel” anak dari seorang
artis bernama “Ahmad Dani.” (lihat detik news, 09/09/2013). Kasus ini hingga
memakan korban. Anak dari Ahmad Dani tersebut memakai kendaraan mobil dengan
kecepatan tinggi. Dari sisi inilah tentu saja anak yang masih berumur belasan
tahun sudah di kasih kepercayaan oleh orang tuanya yang itu jelas salah dan
mirisnya dibolehkannya membawa mobil ke sekolah membuat si anak merasakan
kebebasan berkendara yang jelas hal tersebut belum di bolehkan oleh hukum. Dari
kejadian ini seharusnya pihak orang tua lebih memperhatikan anaknya dengan
tidak memberikannya fasilitas yang berlebihan juga dari sekolah seharusnya
adanya pemberian peraturan melarang untuk membawa mobil ke sekolah karena
beresiko dan tidak mendidik untuk siswa.
Dari ketiga kasus tersebut kita dapat mengetahui bahwasannya
pembentukan karakter di lingkungan sekolah ini merupakan hal yang penting dan
memang di butuhkan untuk membentuk karakter yang baik dalam artian seorang
siswa mampu bersikap saling menghargai, saling menghormati, saling mengasihi
kepada guru dan antar siswa lainnya serta mempunyai etika yang berkualitas.
Diharapkan juga tidak hanya pembentukan karakter yang bersifat statis namun
juga dinamis agar siswa mengetahui dan merasakannya sendiri tentang pentingnya
karakter tersebut dan pada akhirnya seorang siswa mempunyai rasa sayang yang
saling erat kepada guru maupun antar siswa.
2. Karakter, akhlak
dan moral/etika
Dalam karakter terdapat banyak nilai-nilai yang terkandung
salah satunya ialah akhlak dan moral/etika. Pada saat ini lemahnya etika pada
siswa banyak ditemukan, maka dari itu perlunya upaya untuk mengembangkan
pendidikan karakter ini di sekolah. Pencapaian terbentuknya karakter yang
sesuai dengan apa yang diharapkan mencakup moral serta perbenahan akhlak yang
dalam pembentukan awalnya pada lingkup keluarga siswa. Dalam bimbingan orang
tua sejak kecil lah yang membentuk sifat dari anak itu. Ada beberapa hal yang
dipelajari oleh orang tua untuk pembentukan karakter usia dini, yaitu dengan
menganalisa emosionalnya sehingga dapat teredam dan mampu menstabilkan. Dalam
pembinaan perkembangan psikis pada masa kecil meliputi: perasaan, kemauan, dan
cipta. Lebih lanjut Sudirman (1985:63-65). Masa inilah penentuan pembentukan
karakter anak untuk dasar berkembang ke berikutnya.
Selain pada lingkungan keluarga, si anak
terjun dalam dunia pendidikan / sekolah. Pada sekolah inilah telah dibenturkan
oleh berbagai karakter anak yang banyak sehingga, kerap kali anak mudah terbawa
dengan karakter temannya misalnya terbawa pada katakter yang keras, atau
pemalas dan lainnya. Hal ini membuat adanya suatu pendidikan karakter yang
sekarang ini di adakan pada pendidikan di Indonesia. Tidak semua sekolah juga
yang mengadakan pendidikan ini. Dapat juga di masukan ke dalam mata pelajaran untuk
pengembangannya melalui interaksi yang harmonis dengan guru maupun antar siswa.
Mengapa demikian?
Petama,
karena dengan menerapkannya pada mata pelajaran contohnya dalam bentuk
penugasan, dari situ siswa mampu mengembangankan ide-ide nya dan pastinya ada
suatu proses fit back yang dilakukan
antar siswa dengan guru. Dengan adanya proses ini akan menumbuhkan berbagai
macam hal yang ada pada pembentukan karakter misalnya, saling menghormati,
bersopan santun dan lainnya. Kedua, karena dengan adanya penambahan nilai moral
yang di selipkan pada
Dengan demikian siswa dengan tidak sadar melalui proses
belajar yang diikuti mendapatkan berbagai nilai-nilai yang ada pada pengadaan
pendidikan karakter. Semua itu tidak hanya tertuang dalam teori saja, melainkan
siswa dapat merasakan sendiri dengan prosesnya sehingga siswa dapat mengambil
dari segi manapun dan yang diharapkan siswa mampu menempatkan diri ketika
berada pada situasi apa yang di alaminya pada masalah sosial yang muncul saat
proses belajar.
3. Pengaruh
Pendidikan Karakter
Selanjutnya apa pengaruh dari pendidikan karakter bagi
siswa?
Banyak sekali pengaruhnya, tentu saja berpengaruh positif
antara lain: menjadikan siswanya berkarakter dengan mempunyai moral serta
akhlak mulia. Terkadang ranah pendidikan kurang memikirkan pentingnya
pendidikan karakter karena merupakan dasar dari suatu proses pendidikan,
seringkali yang di pikirkan hanya cukup siswanya pintar saja tanpa mempunyai
karakter yang baik. Ironisnya pendidikan di Indonesia ini hanya memikirkan
produk tidak tahu proses pencapaian produk tersebut. Banyak guru pula yang
justru kurang sadar akan pentingnya pendidikan karakter dengan beranggapan
siswa telah di bekali dari keluarganya sendiri-sendiri dan justru seharusnya
masih membutuhkan pengembangan secara khusus yang di bina dari sekolah.
Li Lanqing dalam tulisannya
mengungkapkan: Throughout the reform of the education system, it is
imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of
turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more
constructive members of society. (Narwati Sri 2011:12). Maksud dari tulisan Li
Lanqing diatas ialah berusaha membuat suatu pemahaman yang akhirnya membuat
negara Cina menjadi maju. Dalam pendidikan tentunya, mengungkapkan bahwa
berbaya jika pendidikan hanya menekankan suatu sistem pendidikan yang hanya
mengacu pada hafalan-hafalan saja yang hanya bermoto untuk sekadar lulus/tamat
menempuh suatu pendidikan. Dengan adanya paham ini membuat negara Cina bangkit
dari keterpurukan pendidikan dan menjadi maju pada saat ini.
4. Lemahnya Karakter
Mengapa dengan adanya perkembangan zaman sekarang justru
membuat karakter menjadi lemah, mengapa demikian?
Adakah faktornya, dan apa sajakah faktor tersebut?
Melemahnya sebuah karakter terjadi akibat berbagai hal. Dibedakan adanya faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut dapat berupa: (1)
Kurangnya penanaman karakter pada saat orang itu masih dalam binaan keluarga
(masa kecil). Hal ini adanya suatu pendekatan obyektif sebagaimana berarti
pendekatan dengan mendekati pribadi dari diri anak tersebut sehingga anak
merasa nyaman, misalnya orang tua yang memberikan kasih sayangnya terhadap anak
yang tidak sama rata sehingga ada yang merasa menjadi anak emas, hal tersebut
akan menimbulkan perkembangan anak yang kurang sehat karena merasa tidak adil
dengan orang tua mereka yang pilih kasih.
(2) Tidak mengembangkan atau memperbaiki nilai-nilai yang telah
diterima sejak dini. Nilai-nilai yang di serap anak terkadang diserap
mentah-mentah kedalam dirinya tanpa tahu nilai-nilai tersebut baik atau
tidaknya dan perlu dikembangkan dalam binaan di sekolah. Misalnya suatu anak
yang terbiasa mengatasi masalahnya sendiri, padahal anak tersebut berposisi di
suatu organisasi yang mana masalah itu mengena pada sebuah organisasi, dan
kebetulan anak tersebut menjabat kedudukan yang tinggi. Dirinya merasa mampu
mengatasi sendiri tanpa adanya bantuan dari teman-temannya. Hal itu menimbulkan
teman-temannya merasa kurang suka terhadap sikapnya yang memudahkan masalah
organisasi dengan ditanganinya sendiri. Disini lah peran guru atau pembina
untuk membina anak tersebut bahwasannya suatu masalah organisasi harus
dipecahkan bersama teman-teman lainnya walaupun anak tersebut dapat mengatasi
sendiri namun di dalam organisasi harus ada kerjasama satu antara lainnya.
Adapun faktor eksternalnya, antara lain: (1) Adanya pengaruh
globalisasi tepatnya keterbukaan sosial membuat norma-norma yang ada seakan
tidak berlaku kembali saat ini.Banyak sekali tindakan-tindakan amoral yang ada
karena perubahan zaman yang semakin berkembang sekarang ini. Contohnya
pembunuhan, kekerasan, tawuran anak pelajar itu sudah menjadi berita yang tidak
mengherankan lagi. Masalah ini harus ada alat pengontrolnya berupa suatu aturan
yang bersifat keras untuk mencegah adanya perbuatan tidak terpuji. (2) Adanya
faktor kebiasaan yang timbul dari diri seseorang sehingga hal yang kurang etis
di biarkan begitu saja tanpa memikirkan bahwa hal tersebut kurang pantas pada
pandangan orang lain. Misalnya kita sebagai negara yang mempunyai etika apalagi
beragama terkadang banyak orang yang memakai baju yang kurang etis dilihat
namun itu sudah mendarah daging atau sudah menjadi suatu hal biasa dilihat.
Mirisnya
siswa Indonesia banyak yang mengakhiri tamat belajarnya pada jenjang sekolah
dengan cara berpesta pawai kelulusan yang sudah menjadi tradisi. Menurut mereka
tradisi tahunan ini kalau tidak dilaksanakan tidak enak dipandang. Salah
satunya ialah di kota Bandung polisi telah melarang konvoi untuk merayakan
kelulusan siswa SMA/SMK. (lihat setik news, 23/05/2012). Bukan hanya sekadar
pawai untuk merayakan kelulusan, bahkan banyak kejadian criminal lainnya. Akibatnya
terjadi suatu hal yang anarkis mengakibatkan tewasnya korban yang di kenai
tembakan. Pelajar saja sudah mengenal kerasnya dunia kriminal yang tentu saja
membahayakan. Letak sinilah banyak kasus-kasus lain yang masih mencerminkan
lemahnya pendidikan karakter pada anak didik bangsa Indonesia.
Kohlberg dalam tulisan-tulisannya mengungkapkan ada dua
sasaran mengenai aspek pedagogik yaitu: (1) Lebih menekankan latar dan
aktivitas-aktivitas sekolah yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
belajar melakukan dan menerapkan pemikiran moral secara aktual. (2) Lebih
menekankan kepada dilemma-dilema moral yang rill ketimbang yang hipotetikal.
(Cheppy 1989:158). Dari ungkapan Kohlberg diatas, bahwa beliau memang berfikir
pendidikan itu yang terpenting tuntutan mewujudkan moral-moralnya layaknya
sebagai anak didik yang berpendidikan. Berpendidikan itu yang berasal dari
moral yang berkualitas. Lebih bisa mewujudkan tindakan rill nya bukan hanya
materi belaka yang diajarkan seorang pendidik kepada pendidik. Suatu pemikiran
yang tertuju langsung pada sasaran pedagogiknya.
5. Kesimpulan
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
pendidikan yang baik yaitu dimana menekankan proses bukan hanya hasil saja.
Dimana di dalam proses ada nilai-nilai pengintegrasian dari berbagai macam hal
yang tentu saja akan berkaitan dengan nilai-nilai keluhuran, religi,
moral/etika dan lainnya. Pengadaan pendidikan karakter ini di latar belakangi
dengan semakin lemahnya karakter anak bangsa saat ini maka perlunya bimbingan
dati satuan pendidikan untuk membimbing siswa agar menjadi pribadi bangsa yang
beradab dan menjunjung tinggi moralitas. Pendidikan karakter selain telah di
tanamkan dalam lingkugan keluarga yang merupakan media pertama dan utama, namun
perlu adanya pengembangan agar lebih mendalami lagi untuk dapat menjadi manusia
budiman yang benar-benar mempunyai karakter baik.
Maka tidak
hanya dengan bentuk omongan belaka saja seorang guru dapat mendidik suatu
proses katakter tersebut melainkan dengan sebuah pendekatan-pendekatan melalui
sebuah mata pelajaran yang di dalam prosesnya di selipkan pengajaran suatu
nilai karakter dan diharapkan siswa mampu mewujudkannya. Dan tentu saja terjadi
interaksi dengan guru sehingga guru dapat memantau muridnya seberapa jauh muridnya
itu berkembang sesuai yang diharapkan. Sebenarnya kalau saja tingka satuan
pendidikan juga mengadakannya dengan mengevaluasi dengan jangka waktu tertentu
maka dapat terjadinya peningkatan mutu karakter anak bangsa. Mengevaluasi bukan
dengan cara suatu hal hanya untuk formalitas belaka namun memang benar-benar
adanya proses dan produknya sehingga proses kegiatan pendidikan di sekolah
benar terjadi sesuai apa yang di cita-citakan dan harapannya dapat lebih
berkembang dan maju untuk masa sekarang sampai mendatang.
6. Daftar Pustaka
Sudirman. (1983). Bimbingan Orang Tua&Anak Bagaimana
Menjadi Orang tua yang Berhasil. Yogyakarta: Studing
Narwati, Sri (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Familia Pustaka Keluarga
HC, Cheppy. (1989). Pendidikan Moral dalam beberapa
Pendekatan. Jakarta: DM
Referensi Media Massa
Website SMA Negeri 1 Slawi. (http://www.sman1slawi.sch.id/)
Detiknews. (2013). “Ini kronologi kecelakaan beruntun yang
melibatkan anak Ahmad Dani” diunduh dari
(http://news.detik.com/read/2013/09/09/081616/2352793/10/ini-kronologi-kecelakaan-beruntun-yang-melibatkan-anak-ahmad-dhani),
pada 1 November 2013.
Detiknews. (2012). “Polisi larang pelajar SMA Bandung konvoi
kelulusan.” diunduh dari
(http://news.detik.com/bandung/read/2012/05/23/161812/1922996/486/polisi-larang-pelajar-sma-bandung-konvoi)
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnal_ilmiah
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pengadaan-pendidikan-karakter-di-sekolah.html