MANAJEMEN
dan ORGANISASI
MANAJEMEN
1. Pengertian dan Peranan Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, berarti seni melaksanakan
dan mengatur.[1] Manajemen belum memiliki definisi yang
mapan dan diterima secara universal.[2] Mary Parker Follet, yaitu;
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.[3] Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara
sesuai, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.[4]
Kata manajemen juga mungkin berasal dari bahasa
Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,”
terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang
berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[5] Bahasa
Prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur.[1]
Dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk
mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men,
money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki
oleh organisasi. Dalam manajemen, faktormanusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya
orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money (uang) merupakan unsur yang tidak dapat
diabaikan karena merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalamperusahaan.
Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan
karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan
berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji
tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil
yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi (siap pakai). Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang
memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen
tetap manusianya sendiri. Market (pasar) hanyalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu
sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses
produksi barang akan berhenti. Maka, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh
sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi (distribution) menjadi faktor yang
amat menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
2. Latar Belakang Sejarah Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah
manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida diMesir.
Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun.
Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa
mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang
harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan
mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin
bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pembangunan Piramida di Mesir ini tak mungkin
terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan
menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Contoh praktik manajemen lainnya dapat disaksikan
selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia,
yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk
Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak
kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di
gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada
tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut.
Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan
oleh Hanry
Ford untuk merakit
mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem
penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya
manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak
pendapatan dan biaya.
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen
dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia
sosial, dan era moderen.
3. Fungsi dan Proses Manajemen
Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh
seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan (managing) untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Henry Fayol menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah dirankum dan
dipadatkan menjadi tiga, sebagai berikut:
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang
akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan (fokus) perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk
memenuhi tujuan itu. Kemudian manajer mengevaluasi rencana-rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih
cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tidak dapat berjalan.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan
tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada
tingkatan mana keputusan harus diambil.
3.
Pengarahan (directing)
Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha.
Proses Manajemen
Pengertian dari proses manajemen adalah serangkaian
keputusan dan kegiatan kerja yang terus menerus dimana manajer terlibat sewaktu
mereka merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasi dan mengawasi.
Sehingga dalam melakukan tindak manajemen (managing) akan dilalui tahapan dan
proses tersebut.
4. Prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur
dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan
situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry
Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis,
prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan
dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu,
dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right
man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif,
bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar
like and dislike.Dengan adanya prinsip orang yang tepat ditempat yang tepat
(the right man in the right place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan,
kelancaran dan efesiensi kerja.
Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi
penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang
baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan.
Oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman
akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik
tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.
Wewenang dan tanggung jawab (Authority and
responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk
melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti
pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap
pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan
wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.Tanggung jawab terbesar terletak
pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi
terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewemang terbesar adalah
manajer puncak. Oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai
keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang dan tanggung jawab yang ada pada
menajer tersebut akan terbengkalai.
Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan
perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab.
Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan
dengan semestinya, maka disiplin akan hilang.
Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan
disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap
pekerjaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat
dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari
manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan
tanggung jawab serta pembagian kerja.
Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan
bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula
terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya
dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan.
Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana
karyawan mendapat wewenang untuk pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia
harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi
kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat
terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta
kesatuan perintah.
Mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan
sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat
yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan
dapat tercapai dengan baik.
Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan
pribadi kepada kepentingan organisasi jika memiliki kesadaran bahwa kepentingan
pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil atautidaknya kepentingan
organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan
organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja
sehingga memiliki disiplin yang tinggi dalam bekerja.
Penggajian pegawai
Gaji atau
upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran
dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit
berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan
ketidaksempurnaan dalam bekerja.
Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian harus
dipikirkan bagaimana agar karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian
harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja
sehingga karyawan berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip
more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah
sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak
disiplin.
Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan
tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang
yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti
adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari
kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak
menghilangkan asas pelimpahan wewenang.
Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan
bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada
manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini,
maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan
dari siapa ia mendapat perintah.
Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan
syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam
keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam
suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun
bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan
disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu
syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran
terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan.
Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan
memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan
menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan
kejujuran pada bawahannya.
Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus
dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan
karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban
dalam kegiatan.
Manusia sebagai
makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan
pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran
yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.
Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang
menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu
yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam
prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman
seseorang.
Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari
karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang
lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan
terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah
kerja. Seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari
prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
Semangat kesatuan dan semangat korps
Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu
rasa senasib sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang
baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran
bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat
dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu
melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka
memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp
(perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.
4. Ciri-ciri Manajer Profesional
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang
lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
Ciri dari seorang manajer professional (Henry
Mintzberg) adalah peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan
kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran
sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. Yang kedua adalah
peran informasional, meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar
informasi, serta peran sebagai juru bicara. Yang ketiga adalah peran
pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah
masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian menyimpulkan
bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah
berinteraksi dengan orang lain.
5. Ketrampilan Manajemen yang Dibutuhkan
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan dasar yang
diperlukan seorang manajer adalah:
Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki
keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi
suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses
penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut
sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan
konsepsional juga merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
Keterampilan berhubungan dengan orang lain
(humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu
dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan
membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka
kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan
manajemen atas, menengah, maupun bawah.
Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi
manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan
kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan
program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan
dasar yang perlu
dimiliki seorang manajer, yaitu:
Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan
seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana.
Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004,
sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa
ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana
dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan.
Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari
Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset
berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah
dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan
adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer
atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai
alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus
mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang
dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap
berada di jalur yang benar.
ORGANISASI
1. Definisi Organisasi
Organisasi merupakan suatu proses dari kegiatan
yang tersusun atas interaksi orang-orang di dalamnya untuk mencapai tujuan
bersama. Organisasi diringkas dalam tiga elemen utama adalah sebagai berikut:
a. Interaksi manusia
b. Kegiatan yang mengarah pada tujuan
c. Struktur organisasi itu sendiri
2. Pentingnya Mengenal Organisasi
Secara langsung ataupun tidak langsung kita sering
menjumpai organisasi-organisasi, bahkan turut ambil bagian dalam
penyelenggaraan organisasi tersebut. Sebagai contoh kita (sebagai salah satu
ciri dari makhluk sosial) selalu berkaitan dan diakrabkan dengan
organisasi-organisasi, mulai dari tim olah raga (organisasi sosial), kelompok
keagaamaan, kelompok belajar (komunitas), dan sebagainya.
Perusahaan kecil, dalam fungsi pengorganisasian
sederhana, contohnya adalah toko kelontong. Interaksi yang terjadi dalam
organisasi tersebut adalah manajer-pemilik toko mempekerjakan beberapa orang;
melayani pembeli, membersihkan, mengatur barang, serta menjaga toko.
3. Bentuk-bentuk Organisasi
Organisasi memiliki beberapa bentuk adalah sebagai
berikut:
1.
Organisasi
Lini
Garis wewenang yang menghubungkan langsung secara
vertikalantara atasan dan bawahan. Organisasi ini memiliki ciri:
- Jumlah karyawannya yang sedikit.
- Manajer dibawahnya hanya sebagai pelaksana.
- Sarana dan alatnya terbatas.
- Relasi atasan dan bawahan bersifat langsung.
- Pada bentuk lini perusahaan perseorangan, pemilik
perusahaannya adalah top manager.
Organisasi Fungsional
Wewenang dari pimpinan tertinggi dapat dilimpahkan
kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan para
pelaksana yang mempunyai keahlian khusus. Organisasi ini memiliki ciri:
- Organisasi relatif kecil.
- Terdapat kelompok kerja staf ahli.
- Terdapat spesialisasi dalam pelaksanaan tugas.
- Ada kejelasan target yang hendak dicapai.
- Terdapat pengawasan ketat.
Organisasi Garis dan Staff
Pelimpahan wewenang secara vertikal dari pimpinan
ke kepala bagiandibawahnya serta masing-masing pejabat, manajer ditempatkan
satu ataupejabat staff yang tidak mempunyai wewenang memerintah tetapi hanya
sebagai penasihat kearsipan, keuangan, ataupun personel. Organisasi ini
memiliki ciri:
- Relasi atasan dan bawahan tidak seluruhnya
langsung.
- Jumlah karyawan yang relatif banyak.
- Organisasinya cukup besar.
- Ada 2 kelompok kerja organisasi sehingga
ditekankan. Adanya spesialisasi, yaitu Personel Lini dan Personel Staff.
Organisasi Fungsional dan Garis
Wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada
kepala bagian dibawahnya yang mempunyai keahlian tertentu dan sebagian lagi
dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasinya tetap, selanjutnya
diserahkan kepada kepala bagian. Organisasi ini memiliki ciri:
- Tidak nampak pembedaan tugas pokok dan bantuan.
- Terdapat spesialisasi praktis pada pejabat
fungsional.
- Pembagian kerja dan pelimpahan wewenang tidak
membedakan perbedaan tingkat eselon.
Organisasi Matrik (Organisasi Manajemen Proyek)
Merupakan organisasi yang penggunaan struktur
organisasinya menunjukkan para spesialis yang mempunyai ketrampilan di
masing-masing bagian. Dari kegiatan perusahaan dikumpulkan kembali untuk
mengerjakan proyek yang harus diselesaikan.
Organisasi Komite
Dalam organisasi ini, tugas kepemimpinan dan tugas
lainnya dilaksanakan secara kolektif (bersama) oleh kelompok pejabat, yang
merupakan komite/ dewan (board) dengan plurasticmanagement.
Organisasi ini terdiri dari Executive Committe (Pimpinan Komite yang anggotanya
mempunyai wewenang lini) dan Staff Committe (yang anggotanya hanya mempunyai
wewenang staf).
4. Ketrampilan Manajemen yang Dibutuhkan
Ketrampilan yang dibutuhkan dalam manajemen dibagi
atas kategori hubungan, seperti;
Hubungan antar Pribadi terdiri dari:
a. Pemimpin Lambang (Figurehead)
Kepala Simbolis yang diperlukan untuk menjalankan
sejumlah kewajiban rutin yang
bersifat legal dan sosial.
b. Pemimpin (Leader)
Pemimpin bertanggung jawab untuk memotivasi dan
mengaktifkan bawahan, bertanggung
jawab untuk mengisi
posisi yang kosong (staffing), melatih dan tugas-tugas yang terkait
c. Penghubung (Liaison)
Penghubung sebaiknya dapat memelihara suatu
jaringan kontak luar yang berkembang sendiri yang secara langsung atau
tidak langsung dapat memberikan dukungan dan
informasi.
Hubungan dengan Informasi terdiri dari:
a. Pemantau (Monitor)
Pemantau berkewajiban sebagai pusat saraf informasi
baik internal dan eksternal yang berkaitan dengan organisasi.
b. Penyebar (Dissiminator)
Penyebar berkewajiban untuk meneruskan informasi
yang diterima dari orang luar atau dari bawahan kepada anggota-anggota
lain dalam organisasi.
c. Jurubicara (Spokesperson)
Jurubicara berkewajiban untuk meneruskan informasi
kepada orang luar mengenai
rencana,
kebijakan, tindakan dan hasil yang dicapai oleh organisasi.
Hubungan dengan Pengambilan Keputusan terdiri dari:
a. Wirausaha (Entrepreneur)
Sikap kewirausahaan diperlukan dalam encari
kesempatan (celah) dalam organisasi dan
lingkungannya serta memprakarsai “proyek- proyek perbaikan” untuk menimbulkan
perubahan sehingga dapat
meningkatkan organisasi.
b. Pengendali Gangguan (Disturbance Handler)
Dalam mengatur (managing) diperlukan rasa tanggung
jawab atas tindakan, yang
korektif bila organisasi
menghadapi gangguan mendadak dan/ atau berada dalam keadaan genting
(urget).
c. Pengalokasi Sumber Daya (Resource Allocator)
Dalam mengatur (managing) diperlukan rasa tanggung
jawab terhadap alokasi segala sumber daya organisasi yang ada dan
dipergunakan, sehingga tidak terjadi manipulasi
sumber daya yang
tidak bertanggung jawab..
d. Perunding (Negotiator)
Dalam mengatur (managing) juga penting untuk
mewakili organisasi pada perundingan- perundingan utama yang dapat
meliputi kerjasama.
5. Sebab Keberhasilan dan Kegagalan Organisasi
Sebab keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi
dapat ditinjau dari beberapa faktor, yaitu:
Faktor intern: faktor yang berasal dari dalam
organisasi itu sendiri. Faktor ini dapat meliputi pemimpin dalam organisasi,
pekerja (staf), cara pengaturan dan pengembangan organisasi, dan sebagainya.
Faktor ekstern: faktor yang berasal dari luar
yang kerap kali ikut mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi.
REFERENSI
http://ocw.gunadarma.ac.id/manajemen-dan-organisasi
http://www.galerimangboyan.co.cc/2010/01/definisi-dan-pengertian-manajemen.html